Cerita Legenda Batu menangis dari daerah Kalimantan Selatan
cerita legenda Batu Menangis dari daehan Kalimantan Selatan. Dikisahkan pada zaman dahulu kala di sebuah bukit yang jauh dari desa di Bumi Kalimantan hiduplah seorang orang tua miskin dan seorang anak gadisnya. Sang ibu yang kesehariannya bekerja mencari sayuran yang nantinya akan dijual di Pasar. Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya dan anak gadisnya.
Anak itu sangat cantik, namun sayang kelakuannya sangat buruk. Dia sangat pemalas dan tidak mau membantu ibunya sama sekali. Pekerjaannya setiap harinya hanyalah bersolek dan mempercantik diri. Disaat sang Ibu baru saja pulang menuju rumahnya, dia dihadapkan oleh keluhan dari anak gadisnya.
“Lama sekali sih Bu, aku lapar Bu! lihat di rumah tidak ada makanan apa-apa,” ucapnya sambil menggerutu.
“Maaf ya nak, Ibu baru saja dari pasar, tapi kan masih ada sedikit lauk di meja,” jelasnya. Dengan muka yang dipenuhi rasa lelah dia masih memaksakan diri menata barang belanjaan yang tidak seberapa itu.
“Aku bosan makan-makanan itu, setiap hari hanya dengan daun singkong!”
Mendengar ucapannya itu Ibunya sangat sedih, tak mau memakan-makanan itu karena memang hanya makanan itu yang bisa dimasak olehnya, dikarenakan dia tidak mampu membeli daging ataupun ikan. Sang gadis pun sama sekali tidak peduli dengan kondisi dari ibunya yang sedang kesulitan mencari uang.
Di malam yang sunyi, sang ibu yang sedang melamun memikirkan kondisi keuangannya, dikejutkan oleh anak gadisnya anak meminta untuk dibelikan baju baru.
“Aku ingin baju baru, besok Ibu harus membelikannya untukku.”
Sang Ibu yang merasa kasihan, dia juga merasa tidak tega dengan anaknya, “Iya nak besok Ibu akan membelikannya untukmu.”
Keesokan harinya mereka berangkat bersama menuju pasar yang cukup jauh dari bukit tempatnya tinggal, untuk memberikan baju anaknya.
“Bu Jangan Jalan disampingku, ibu harus jalan di belakang, karena aku tak mau berjalan bersama ibu. Aku tidak mau terlihat jelek di depan orang-orang yang melihatku. Ibu itu dekil, aku malu. Pokoknya ibu jalan di belakangku titik!”
Mereka berdua akhirnya berjalan saling berjauhan, sang Ibu berjalan di belakang anaknya. Akhirnya mereka berdua sampai di desa. Banyak pemuda yang melihat kecantikan sang gadis, banyak para pemuda yang ingin berkenalan dengan sang gadis. Mereka pun mulai bertanya kepada sang gadis
“Nona, jika boleh saya bertanya, mau ke manakah arah tujuanmu dan dari mana asalmu?” tanya pemuda yang pertama.
“Aku sedang mencari baju baru.”
“Apakah orang tua yang berjalan di belakangmu itu ibumu?” tanya pemuda berikutnya yang bertemu dengan dia.
“Bukan! dia adalah babuku,” jelasnya tanpa rasa bersalah mengatakan itu.
Ibunya yang mendengar itu sangat amat merasa sedih mendengarnya, tidak hanya sampai di situ, setiap orang yang bertanya kepadanya tentang perempuan yang dibelakangnya, dia terus menjawab dengan kata-kata yang menyakitkan.
Sampai pada suatu ketika ibunya sangat merasa sedih dan diapun berkata sambil mengeluarkan air mata, “Oh anakku, tega nian kau mendurhakai ibumu ini yang sudah sayang dan bersabar merawatmu, entah murka apa yang akan engkau terima dari Tuhan.”
Mendengar apa yang ibunya katakan, sang gadis menangis dan memohon ampun, tapi sayang itu sudah terlambat. Perlahan-lahan kakinya berubah jadi batu, kemudian bagian tubuh yang lainnya sampai sekujur badannya.
Semua orang yang melihat terkaget-kaget melihat peristiwa aneh itu. Batu itu akhirnya dipinggirkan orang-orang dan disandarkan di tebing, hingga sekarang batu itu masih ada dan dinamakan batu menangis.
Pesan moral Cerita Legenda Batu Menangis dari daerah Kalimantan Selatan:
Kita tidak penah tahu seberapa sakit atau susahnya orang tua mencari nafkah untuk anaknya, mereka selalu mengusahaakan apapaun yang kita minta walau pun terkadang lama. Hormati keduanya khususnya ibumu yang sudah melahirkan, karena surga dan restunya itu sangat ampuh untuk menjadikan orang yang sukses dikemudian hari.
sumber: penuliscilik.com